LukisanBasuki Abdullah yang berjudul Kakak dan Adik 1978 ini merupakan salah satu karyanya yang menunjukkan kekuatan penguasaan teknik realis. Lukisan Basuki Abdullah ini menampilkan subject matter yang berupa seorang pangeran diponegoro yang menunggangi kuda. Lukisan ini dibuat pada tahun 1851 dengan media cat minyak di atas kanvas dengan
Basuki Abdullah adalah salah satu maestro lukis Indonesia yang dikenal sebagai pelukis aliran realisme dan naturalisme. Lahir di masa kolonial namun meninggal di era kemerdekaan membuatnya menjadi seorang native post colonial survivor. Mungkin konteks tersebutlah yang membuat Basuki Abdullah tak kunjung berhenti dalam mengeksplorasi berbagai tema dan teknik lukis. Ia terpengaruh oleh banyak teknik dan aliran lukis di masa hidupnya. Hal tersebut didapatkan dari sekolah seninya di Belanda, hingga studi bandingnya ke negara-negara eropa lainnya. Meskipun begitu, ia tetap tidak meninggalkan berbagai kearifan lokal dan tradisi negeri ini. Tema kebangsaan dan bela negara tidak pernah luput dari lukisannya. Jika kita melihat karyanya, Abdullah terpengaruhi oleh aliran romantisisme tetapi tidak terlalu berlebihan dan masih berada di selimut aliran realisme. Meskipun begitu, aliran realisme yang ia usung juga terkadang tidak memiliki gambaran yang di indah-indahkan, dan disitulah garis aliran naturalisme ditarik. Mungkin berbagai kontradiksi tersebut juga yang menjadikannya salah satu seniman terhebat sepanjang masa di Indonesia. Basuki Abdullah adalah seorang maestro yang tak pernah berhenti melukis bahkan tidak takut untuk terus bereksplorasi. Dinamika lukisannya sama seperti kehidupannya yang melewati berbagai masa yang yang cukup rumit, dilengkapi oleh kecintaan dari dini pada seni dan pendidikan yang mumpuni. Basoeki Abdullah lahir di Desa Sriwidari, Surakarta Jawa Tengah, 27 Januari 1915 dengan Indonesia yang masih berstatus Hindia Belanda. Lahir dari pasangan R. Abdullah Suryosubroto dan Raden Nganten Ngadisah. Kakek Basuki Abdullah adalah seorang figur sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, yaitu dokter Wahidin Sudirohusodo. Ayahnya adalah seorang pelukis juga, salah satu tokoh Mooi indie di Indonesia, yakni Abdullah Suriosubroto. Sejak dari kecil umur 4 tahun Basuki Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Ia mulai suka menggambar figur-figur penting seperti Yesus Kristus, Mahatma Ghandi, dll. Dalam usianya yang masih muda Basoeki Abdullah telah berhasil menggambar dengan tingkat kemiripan dan teknis yang luar biasa. Basuki Abdullah mendapatkan pendidikan yang masih diselenggarakan oleh pemerintah Belanda. Pendidikan dasar hingga menengahnya ditempuh di HIS Hollands Inlandsche Scool kemudian dilanjutkan ke MULO Meer Ultgebried Lager Onderwijs. Pada tahun 1913 Basuki Abdullah mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan pendidikannya di Akademi Seni Rupa Academie Voor Beldeende Kunsten di Den Haag, Belanda berkat bantuan dari Pastur Koch SJ. Ia menyelesaikan studinya dalam waktu dua tahun lebih dua bulan dan meraih penghargaan sertifikat Royal International of Art RIA. Tak berhenti disana setelah itu ia juga mengikuti semacam program studi banding di beberapa sekolah seni rupa di Paris dan Roma. Aliran Seni Basuki Abdullah Aliran Seni Basuki Abdullah telah lama dilansir sebagai seorang naturalis. Karya Basoeki Abdullah dinilai cenderung memperindah realitas yang ada, tetapi di beberapa karyanya ia tampak menampilkan subjek lukisannya apa adanya, seperti yang dapat dilihat pada karyanya yang berjudul “Adik dan Kakak”. Kakak dan Adik oleh Basuki Abdullah, gambar diperoleh melalui Abdullah terkenal melalui aliran naturalisme, sebetulnya karirnya juga memperlihatkan berbagai aliran lain yang tidak mengkerucut pada hanya satu mazhab saja. Melalui karyanya kita dapat merasakan aliran-aliran lain seperti romantisisme dan realisme. Ia juga sering mengambil subjek dari dongeng, legenda dan mitos. Abdullah juga sempat melukis karya abstrak di masa hidupnya. Tampaknya Basoeki Abdullah adalah seorang seniman yang sudah mulai berlayar di gaya seni kontemporer pada masanya. Ia tidak menganut mazhab tertentu dan terus bereksperimen dengan berbagai aliran yang diinginkannya. Meskipun begitu, pada akhirnya aliran naturalismelah yang paling mengharumkan namanya. Selain itu, naturalisme sendiri memiliki beberapa sudut pandang yang berbeda dalam cabang seni. Dalam seni rupa terdapat pendapat bahwa naturalisme adalah realisme yang mengungkapkan subjek tidak lebih indah dari yang sebenarnya. Subjek atau objek ditampilkan apa adanya namun tetap dapat terlihat indah. Sementara di dunia sastra, naturalisme adalah bentuk realisme yang lebih radikal Apa adanya tanpa “sensor” dalam artian figur subjek yang dibicarakan digambarkan apa adanya tanpa mempertimbangkan estetika dan etika secara umum. Keterpurukan sosial biasanya diceritakan dengan gamblang. Secara umum lukisan-lukisan Basuki Abdullah berpijak pada tradisi melukis Romantisisme dan Naturalisme. Gambar dalam kanvas selalu tampak memanjakan mata dan memperlihatkan kemampuan teknis keindahan secara fisik. Keindahan visual tampak lebih menonjol pada permukaan kanvas, bukan keindahan isi atau makna. Keindahan visual dari teknik adalah titik fokus dari karya-karya Basoeki Abdullah. Aliran Naturalisme dan Realisme Banyak yang masih keliru ketika menerjemahkan apa yang dimaksud dengan aliran Realisme. Aliran realisme adalah aliran yang menggambarkan keadaan keseharian dengan sewajar-wajarnya, bukan berarti lukisan harus memiliki tingkat kemiripan yang tinggi. Wacana, gagasan atau subjeknya yang realistis, bukan gambarnya. Justru aliran Naturalisme-lah yang mengusung ide untuk membuat gambar subjek semirip mungkin dengan aslinya, atau realistik. Naturalisme adalah aliran yang menggambarkan alam atau potret manusia semirip mungkin dengan referensi aslinya. Karya Karya Penting Basuki Abdullah Seperti yang telah diuatarakan sebelumnya, Karya Basuki Abdullah menyelimuti banyak sekali tema subjek. Selain itu gaya teknis yang digunakan juga beragam dari romantisisme hingga ke seni abstrak. Beberapa tema utama yang sering ia bawakan akan dibahas dibawah ini. Tema Dongeng, Legenda, Mitos dan Tokoh Terkenal Karya Abdullah juga menelusuri tema dongeng, legenda, mitos dan tokoh terkenal. Abdullah memulai pameran awalnya dengan menggunakan tema ini. Berkat bantuan Prof. Wolff Schoemacher, seorang guru besar atanomi di Technische Hoogeschool ia mendapat kesempatan untuk memamerkan lukisannya di Jaarbeurs Pameran Dagang Bandung. Sebagai seorang bangsa Indonesia, kesempatan tersebut sangatlah langka, karena biasanya yang mengikuti pameran Jarbeeurs hanyalah pelukis-pelukis dari Eropa saja. Pertempuran Gatotkaca dan Antasena, gambar diperoleh melalui dan Figur Wanita Subjek kecantikan wanita adalah salah satu karya Basoeki Abdullah yang paling menonjol. Ia selalu fokus terhadap kecantikan-kecantikan lokal perempuan Indonesia, meskipun tidak membatasinya disitu saja. Subjek yang dilukis amatlah beragam, mulai dari perempuan yang mengenakan pakaian tradisional hingga ke pakaian modern pada masanya. Potret dan figur pria juga sebetulnya tidak dilewatkan oleh Basoeki Abdullah. Javanese Girl oleh Basoeki Abdullah, gambar diperoleh melalui Model oleh Basuki Abdullah, gambar diperoleh melalui Indië Mendokumentasikan Keindahan Alam Indonesia Basuki Abdullah juga banyak melukis pemandangan, situasi masyarakat yang sedang beraktifitas seperti membajak sawah hingga binatang dan tumbuh-tumbuhan, baik secara bersama-sama maupun tunggal. Dalam kategori pemandangan, biasanya ia juga memadukan figur manusia yang sedang berinteraksi dengan alam. Karya-karya pemandangan Basoeki Abdullah tampak terinspirasi oleh lukisan pemandangan gaya Inggris, seperti yang digubah oleh John Constable. Ia juga sedikit terpengaruhi oleh gaya langit yang dikembangkan oleh William Turner. Meskipun Basuki Abdullah menambahkan kesan keindahannya ciri khas aliran naturalisme tetapi ia tergolong tidak melakukan penyimpangan yang terlalu jauh dari realita. Subjek dan Objek yang digambar tidak terlalu berlebihan dan masih alami. Coastal View of Indonesia Probably Java oleh Basuki Abdullah, gambar diperoleh melalui Akhir Hayat Basuki Abdullah Basuki Abdullah meninggal setelah mencoba untuk melawan perampok yang membobol rumahnya di malam hari. Saat itu Basoeki Abdullah tengah memanjatkan doa di kamar pribadinya. Diketahui bahwa penyusup yang masuk ke rumah Abdullah adalah tukang kebunnya sendiri. Pencuri tersebut tengah mencoba untuk mencuri sebuah jam tangan. Setelah terjadi kejar-kejaran, Basuki dipukul dengan senjata miliknya sendiri oleh si pencuri. Berita kematian Basuki Abdullah menjadi tajuk utama di masa itu. Dalam surat wasiatnya, Basuki Abdullah menyerahkan rumah beserta sebagian besar karya dan koleksinya untuk negara. Pada tahun 2001 rumah itu dijadikan Museum Basoeki Abdullah dan tetap mempertahankan bentuk asli rumahnya. Referensi Museum Basuki Abdullah 2009. Lukisan Basuki Abdullah Tema Dongeng, Legenda, Mitos dan Tokoh. Jakarta Penerbit Museum Basuki Abdullah. Menyelisik Kisah Pameran Awal Basoeki Abdullah.
Monumenberbentuk patung kereta kuda dengan air mancur yang terletak di persimpangan jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Mereka ini tentu sudah tak asing lagi. Dibangun sekitar tahun 1987 oleh I Nyoman Nuarta bersama 40 seniman lain, patung ini menggambarkan adegan klasik dalam Mahabharata. Menurut Nyoman Nuarta, patung ini
Populer Lukisan Naturalisme Karya Basuki Abdullah- Lukisan-lukisan karya Basuki banyak menghiasi istana Raja, seperti ChakliPalace, Chitralada Palace, dan Pattina Palace. Basuki Abdullah dikenal sebagai maestro lukis Indonesia dengan aliran realis dan naturalis. Gaya teknis yang digunakan pun juga beragam, romantisisme hingga seni karya basuki abdullah beraliran, lukisan karya basuki abdullah, teknik lukisan basuki abdullah, lukisan karya basuki abdullah beserta penjelasannya, lukisan si cantik karya basuki abdullah, lukisan kuda basuki abdullah, lukisan basuki abdullah pemandangan, cerita lukisan basuki abdullah, Lukisan Naturalisme Karya Basuki Abdullah53 Baru Lukisan Gaya Naturalisme Karya Basuki Abdullah Sumber LUKISAN DAN BIOGRAFI BASOEKI ABDULLAH LUKISAN Sumber Lukisan JAVADESINDO Art Gallery INDAHNYA LUKISAN Sumber Lukisan Aliran Naturalisme Karya Basuki Abdullah Karya Sumber Lukisan Aliran Naturalisme Lukisan Karya Basuki Abdullah Sumber Lukisan Karya Basuki Abdullah Aliran Naturalisme Sumber ciri ciri dan kesimpulan aliran naturalis Sumber keologi Macam macam aliran seni lukis Sumber Lukisan Aliran Naturalisme Karya Basuki Abdullah Karya Sumber Lukisan JAVADESINDO Art Gallery LUKISAN PRESIDEN Sumber ArtikelSeni Biografi Basuki Abdullah Dan 5 karya LukisNya Sumber Lukisan Aliran Naturalisme Karya Basuki Abdullah Karya Sumber Lukisan Aliran Naturalisme Lukisan Karya Basuki Abdullah Sumber Aliran Seni Lukis Naturalisme Dalam Karya Seni Sumber Seni Lukis Tujuan Berkarya Seni Lukis dan Sumber Naturalisme, Naturalisme Peinture, Naturalisme Littérature, Tableau Naturalisme, Realisme, Peinture Naturaliste, Naturalisme Emile Zola, Romantisme, Peintre Naturaliste, Oeuvres Naturalisme, Oeuvre Du Naturalisme, Surréalisme, Naturalisme Sculpture, Foin, Carte Mentale Naturalisme, Couleur Naturalisme, Emile Zola Romans, Naturalisme De Zola, Naturalisme Livre, Zola Et Le Naturalisme, Naturalisme En Italie, Naturalisme Monet, Fernand Pelez, Les Scientifiques, Les Voix En Or, Caricature Naturalisme, Naturalisme France, Naturalisme Peinture Celebre, Impressionisme, Symbolisme Naturalisme,
TariKuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan. Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis Indonesia yang lain seperti Pirngadi, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, Wakidi, dll. (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari
Latest Craft Art Lifestyle Travel Shop April 24, 2020 Utagawa Kunisada 10 Must-See Masterpiecesby Will Heath ART Dawn at Futamai-ga-ura by Utagawa Kunisada, 1832 Japanese woodblock prints, ukiyo-e, are a beloved form of art that hit enormous heights of popularity in the Edo period. At the time, Japan’s most successful and celebrated ukiyo-e artist, outshining even the now-legendary Hokusai himself, was Utagawa Kunisada. We take a look at why was Kunisada so cherished, and what made his artwork so uniquely cherished in Japan? Kunisada His Life and Art Sanko no Uchi Hi by Utagawa Kunisada, 1859 Born in Tokyo then called Edo in 1786, Kunisada was the son of a moderately successful poet, who died very early in Kunisada’s life. The young artist began sketching very early and developed not only a passion but a clear skill in the craft which caught the eye of the master of the Utagawa school of ukiyo-e, Utagawa Toyokuni. The Tale of Genji, Chapter 5, by Utagawa Kunisada, 1847 Thanks to the now legendary status of the works of Hokusai, many associate ukiyo-e with landscapes see for example Hokusai’s Thirty-Six Views of Mount Fuji, but during the Edo period, the most celebrated ukiyo-e paintings were depictions of kabuki actors, which is what Toyokuni himself was most known for, and comprised much of Kunisada’s own library of works. Kunisada is also renowned for his graphic and sometimes comic depictions of sexual scenes that we might now label as pornographic, which may be one reason for why he is now far less well-remembered than Hokusai is. However, it was Hokusai who drew the infamous The Dream of the Fisherman’s Wife, which many point to as the origin of the tentacle in Japanese pornography. You can see more about the Essential Things to Know About Shunga Erotic Prints. Imayo Oshi e Kagami by Utagawa Kunisada, 1859 He was also known as Utagawa Toyokuni III, under which name he would sign many of his works. Depending on the subject of his painting landscape, kabuki, or other, Kunisada would sign with a different studio signature Gototei for kabuki, or Kochoro for other things. For his more pornographic works, the works would be signed under the alias Matahei. The Tale of Genji, Chapter 11, by Utagawa Kunisada, 1847 Kunisada’s prints mostly consisted of kabuki actors, the popular trend of the period, but as he continued to perfect his craft there was a growth in the number, and the experimental nature, of shunga works which Kunisada produced. He also painted a handful of landscape works, a few whose subjects were animals such as tigers His most popular subject was, by far, the human body. Kabuki actors, sumo wrestlers, and beautiful women bijin-ga were among his specialties. At the time, artists’ depictions of scenes from The Tale of Genji were also popular, and it was Kunisada who led the charge here, producing a huge number of Genji-inspired works. 10 Popular Utagawa Kunisada Woodblock PrintsFrom his early days to his death, it is fascinating to see how Kunisada’s art evolved, both in terms of his own skill and what subjects he chose as his inspiration. Here are ten works which demonstrate the shifts in style and inspiration throughout Kunisada’s Ichikawa Danjuro VII as Iga-no Jutaro 1823 Ichikawa Danjuro VII as Iga-no Jutaro by Utagawa Kunisada, 1823 Created in 1823, this is Kunisada’s first known woodblock print. It depicts the kabuki actor Ichikawa Danjuro. Danjuro was the most celebrated actor of his time, and is still a legend of the kabuki world today, so a portrait of such a huge celebrity was certainly a smart place to begin a career as an artist! Compared to his later works, especially those of the same genre, it’s amazing to see the growth of his skill over the years. This first piece is lacking in detail, with no background to be seen. Instead, hand-written script surrounds the actor's face. There’s also an awkwardness to the detail on the actor’s costume. As for the character that Danjuro VII is depicting in the print, Iga-no Jutaro was a samurai and retainer to the Shogun, Soma no Yoshikado, and he has been portrayed by many an actor in plays throughout the history of kabuki. For some more background, check out 6 Things to Know About Kabuki Tiger 1830 Tiger by Utagawa Kunisada, 1830 Kunisada’s first well-known attempt at a non-human animal was simply titled Tiger. This particular depiction shows the tiger in an aggressive, predatory pose, which is immediately eye-catching as a more dynamic presentation of the legendary beast. Tigers in Japanese tradition are tightly connected to the Zen school of Buddhism; their sunny naps representing enlightenment and their careful method of grooming being an example of personal discipline. With this in mind, it’s doubly interesting how Kunisada has chosen a more ferocious and dominating pose for his tiger in this woodblock View of Fuji from Miho Bay 1830 View of Fuji from Miho Bay by Utagawa Kunisada, 1830 Another first for Kunisada, this woodblock depicts a view of Mt Fuji from Miho Bay. Before this stage in his career, Kunisada had been almost entirely on kabuki portraits. This print represents a huge change for Kunisada as he moved away from people to experiment with natural landscapes and scenery. It’s no surprise, given its prominence in so much Japanese art, that his first landscape would prominently present Mt Fuji. Though the fact that the painting is entirely made from blues and empty whites gives it a very ethereal and spiritual atmosphere, with Fuji itself almost appearing like a ghost in the distance of an early Blind Man Game - 47 Ronin 1847-50 47 Ronin by Utagawa Kunisada, 1847 The tale of the Forty-seven Ronin is a true story about 47 masterless samurai who lost their daimyo to suicide when he was forced to end his own life after assaulting a court official. For one year they plotted their revenge, killed the official, and then all committed seppuku themselves. This story has become legend since it took place in 1702, and here Kunisada has depicted the ronin committing the act of revenge, with women cowering in fear and the court official helpless and blindfolded as three of the ronin ready their swords. 5. The Tale of Genji - Gust of Wind 1847-52 The Tale of Genji - Gust of Wind by Utagawa Kunisada, 1847 In his later years, Kunisada had truly perfected his craft. The depth, blends of colour, and complex perspectives of his artwork truly set him apart. It was at this point in his career that Kunisada began painting works inspired by The Tale of Genji. Recreating iconic scenes from Shikibu’s novel in paintings, screens, lacquerware, and more has long been considered a high form of artistry in Japan and Kunisada’s Genji-inspired paintings prove to be some of his most inspired and picturesque. For fans of the story, see also The Tale of Genji in Japanese The Tale of Genji 1851-53 The Tale of Genji by Utagawa Kunisada, 1851 During roughly the same period of his life, Kunisada completed more than one woodblock print inspired by The Tale of Genji. Not only is it considered by most historians to be the first Japanese novel, but it is also agreed to be the first novel written anywhere in the world. As such, The Tale of Genji is revered as one of Japan’s greatest works of art. With this in mind, it only makes sense for artists like Kunisada to recreate beloved scenes from the novel in vivid colour using their skills of portraiture and mood Sumo Spectators 1853 Sumo Spectators by Utagawa Kunisada, 1853 It was very common for ukiyo-e artists of the Edo period to depict sumo wrestlers – almost as common as kabuki actors – but here is a unique twist on that tradition. This woodblock print shows a packed group of sumo spectators, with not a wrestler in sight. The perspective is from the side of the stage, with enough of the corner visible to make the perspective clear. This is easily Kunisada’s busiest piece, with the front row of spectators being drawn in enough details as to make each man unique. In the distance, faces gradually disappear but the business remains. This is certainly an original take on the tradition of ukiyo-e artists painting the sumo Murder Intent - Kabuki 1859 Murder Intent by Utagawa Kunisada, 1859 Many of Kunisada’s most celebrated works of art depict intimate portraits of kabuki actors in character. These would be real actors who were popular on the stage during the late Edo period. But Kunisada also enjoyed recreating specific scenes from famous kabuki performances. Here, in Murder Intent, two actors can be seen in costume, their fluid motion captured in a moment not unlike by photograph. Their different stances, as well as their unique costume styles and colours, allow for a lot of dynamism within a single scene. For a ukiyo-e artist who went far behind drama to recreating horror, check out Why Utagawa Kuniyoshi was the Most Thrilling Ukiyo-e Master! 9. The Kabuki Actor Kawarasaki Gonjuro I 1861 Kawarasaki Gonjuro I by Utagawa Kunisada, 1861 This woodblock print from 1861 is easily Utagawa Kunisada’s most famous woodblock print. But more than that, it serves as a fantastic comparison piece to his very first artwork Ichikawa Danjuro VII as Iga-no Jutaro from 1823. Almost forty years after his first commercial work, The Kabuki actor Kawarasaki Gonjuro I shows an incredible maturation of Kunisada’s skill and eye for detail. This piece is beautifully detailed, busy and rather intense, suiting the atmosphere of kabuki Seascape 1832 Dawn at Futamai-ga-ura by Utagawa Kunisada, 1832 Despite being created relatively early in Kunisada’s career, this woodblock print consists of such exquisite texture and detail. The perspective, depth, and attention to tiny details makes Seascape one of Kunisada’s most captivating and inspiring artworks. Kunisada rarely painted landscapes without focusing on human subjects but, when he did, he truly excelled at it. RELATED JAPANESE ART MOST POPULAR
Semisal lukisan Ratu Kidul oleh Basuki Abdullah yang dikeramatkan di sebuah kamar di Hotel Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Beberapa kali ia memang melukis dengan subyek yang sama. Terakhir, sebelum maestro pelukis naturalis itu terbunuh di rumahnya di Jakarta, ia dikabarkan datang ke Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
© Delcourt - 2003 Genre Histoire Parution Série finie Tomes 3 Identifiant 533 Origine Europe Langue Français Forum Discuter de la série dans les forums La légende de la princesse du lac débute dans le Japon médiéval du XIIIe siècle. Alors qu'elle attend le retour de son amant parti à la guerre, la princesse du château du lac est défigurée par sa soeur Akane qui, amoureuse du même homme, se meurt de jalousie. De désespoir, la princesse se jette dans le lac ; son amant la retrouvera dans le royaume des morts après s'être crevé les yeux sous le poids du chagrin leur avenir repose à présent sur la naissance d'une petite fille... Deux siècles plus tard, le lac hanté par le spectre de la princesse meurtrie, a donné l'immortalité à Arkane. Cette dernière, à la tête d'une armée de fantômes appelés les Kwaidans, veille sans relâche à ce que sa soeur ne s'échappe pas de son tombeau maudit et fait régner la terreur dans les villages avoisinants. Plus loin, dans une maison close d'Edo ancienne capitale du Japon, une jeune prostituée est intriguée par l'arrivée d'un peintre aveugle. Elle, qu'on appelle Setsuko la maudite, parce qu'elle est née sans visage et porte un masque, va bientôt voir son destin se mêler étroitement à la légende.
JualLukisan untuk wilayah Kalimantan Timur terlengkap dan terbaik Juli 2022. Beli Lukisan untuk wilayah Kalimantan Timur langsung dari supplier, distributor, dealer, agen, dan importir
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Meskipun sudah almarhum, nama pelukis Basoeki Abdullah tetap terkenal dan dikenang. Lukisannya banyak dikoleksi lembaga dan perorangan di sejumlah negara. Diperkirakan ada koleksi lukisan beliau yang berharga jual Rp200 miliar. Wow, luar Basoeki Abdullah memang sulit tertandingi oleh pelukis Indonesia masa kini. Daya kreativitasnya selalu ada untuk melukis apa pun. Lukisan karya Basoeki Abdullah kecil Dokpri Sejak kecil Bakat melukis Basoeki Abdullah 1915-1993 sudah terlihat sejak kecil. Ia mewarisi bakat ayahnya, Abdullah Suriosubroto. Ketika masih berusia empat tahun, Basoeki sudah mulai mencorat-coret kertas. Salah satu hasil karyanya, tokoh Mahatma Gandhi, terpajang di Museum Basoeki Abdullah. Bahkan menjadi maskot museum, karena lukisan tersebut dibuat pada saat usia Basoeki sepuluh tahun. Di Museum Basoeki Abdullah pula lukisan-lukisan Basoeki Abdullah terpajang. Dari koleksi-koleksi itulah kita tahu kehebatan seorang maestro. Ada lukisan yang bertema tokoh, apalagi Basoeki terkenal sebagai pelukis potret. Namun ada juga bertema flora, fauna, dan lain-lain. Yang jelas, namanya ide tidak mengenal tema. Kegiatan konservasi lukisan Basoeki Abdullah pada 2013 Dokpri Mengajar seni lukisPendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katholik dan MULO Katholik di Solo. Pada 1933, ketika berusia 18 tahun, Basoeki memperoleh beasiswa untuk belajar di Academie voor Beeldende Kunsten Akademi Seni Rupa di masa pendudukan Jepang, Basoeki mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi yang kemudian dikenal sebagai pelukis dan kritikus seni rupa. Juga Zaini, pelukis impresionisme. Basoeki juga aktif dalam pusat kebudayaan milik pemerintah Jepang. Pada 1948 Basoeki mengikuti sayembara melukis di Belanda. Di sana ia mampu mengalahkan 87 pelukis Eropa yang berpartisipasi. Sejak itu nama Indonesia mulai harum. Basoeki sendiri sering berkeliling Eropa untuk memperdalam seni lukis. Sampai kini tercatat sekitar 20 negara sudah mengoleksi lukisan Basoeki Abdullah. Salah satu lukisan yang dikonservasi pada 2013 Dokpri Konservasi lukisanKoleksi lukisan, apalagi yang berada di museum, tentu saja harus dirawat. Ini mengingat museum berfungsi sebagai lembaga pelestari. Beberapa lukisan Basoeki Abdullah pun pernah dirawat dan diperbaiki, istilahnya dikonservasi. Dengan kegiatan konservasi, lukisan buram bisa menjadi cantik. Bahkan bisa bertahan lebih lama. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
BasukiAbdullah lahir di Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu pelukis terkenal Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi istana negara, selain menjadi koleksi dari berbagai penjuru dunia.
Jakarta - 'Beautifikasi', istilah tersebut kerap terdengar di lukisan-lukisan ciptaan Basoeki Abdullah. Maestro kelahiran Surakarta mampu membuat karya yang lebih indah dan cantik dari aslinya. Salah satu 'beautifikasi' yang diciptakan Basoeki adalah lukisan mitologi tentang Djoko Tarub. Karya seni itu mengisahkan legenda tujuh bidadari turun mandi di bumi, dan salah satu pakaiannya dicuri oleh Djoko Tarub. Alkisah, menurut penuturan Mikke Susanto sebagai kurator pameran, lukisannya merupakan pesanan khusus dari Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno. "Ia minta agar lukisannya dibuat sesuai dengan legenda Djoko Tarub," katanya kepada detikHOT, di sela-sela pembukaan di Museum Nasional Indonesia Jakarta Pusat. Terpopuler Siapakah Dua Wanita di Lukisan '3 Dara' Basoeki Abdullah? Basoeki tercatat melukisnya sebanyak enam versi. Tapi, uniknya wanita yang ada di lukisan hanya ada enam bidadari. Sambil berkelakar, Mikke menyebutkan guyonan menarik. "Mungkin satu bidadarinya disimpan Bung Karno. Nggak ada yang tahu jawabannya kenapa hanya 6 bidadari, bukan 7," ujarnya sembari tertawa. Salah satu lukisan masuk ke dalam buku koleksi Presiden Soekarno 1956 dan 1964. Tadinya lukisan ini dipajang di tembok Istana Merdeka. Kini, Museum Basoeki Abdullah memiliki lukisan reproduksinya yang dipajang di museum. Simak Harga Lukisan Basoeki Abdullah 'Kalah' dari Maestro Lainnya"Kalau pengunjung lihat, akan ada banyak unsur beautifikasi yang membuat lukisan Basoeki bersama para waniat cantik menjadi lebih indah. Eksibisi 'Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah' masih bisa dinikmati sampai 30 September mendatang. tia/ron
m6zFLNj. paj46j9i3j.pages.dev/570paj46j9i3j.pages.dev/137paj46j9i3j.pages.dev/39paj46j9i3j.pages.dev/344paj46j9i3j.pages.dev/433paj46j9i3j.pages.dev/362paj46j9i3j.pages.dev/161paj46j9i3j.pages.dev/213
lukisan kuda basuki abdullah